Pemuda adalah tulang punggung (back bone) sebuah Negara. Jika ingin menghancurkan sebuah Negara, maka hancurkanlah pemudanya. Sulit mengatakan kalau praktik tersebut tidak terjadi di Indonesia. Komparasi sederhananya: lebih banyak mahasiswa (sebagai bagian dari pemuda) yang ikut diskusi atau nonton konser band Ungu? Lebih banyak mahasiswa yang berorganisasi atau yang nongkrong gak jelas di mal-mal dan café-cafe? Lebih banyak mana mahasiswa yang bisa berorasi atau yang bisa menari Gangnam Style?
Belum lagi kasus kaum muda yang terjerat narkoba, free sex, dan tawuran makin menyuramkan masa depan bangsa ini.
Hemat saya, kampus adalah basis gerakan, maka sudah menjadi kewajiban untuk menumbuhkan kritisisme mahasiswa terhadap hegemoni asing. Kita harus membuang jauh-jauh hedonisme di kalangan mahasiswa. Karena sejatinya hedonisme adalah kesenangan semu yang melenakan kaum muda untuk peduli kepada bangsa yang masih sekarat ini. Misalnya seperti ini, ketika kita nongkrong di mal, maka kita tidak akan melihat saudara kita yang kekurangan. Tentu yang ada di dalam mal adalah barang-barang yang bagus, sehingga kita akan lupa dengan rumah kumuh di pinggir rel kereta api.
Begitulah kapitalisme menumpulkan kemanusiaan kita. Kapitalisme telah membius alam bawah sadar kita untuk menuhankan ego kita daripada peduli kepada orang lain.
* penulis adalah Ketua Bidang Hikmah DPD IMM Jawa Tengah 2008-2010 dan Presiden BEM UMS 2006-2007
Hit (537)Komentar (0)